Kamis, 14 Maret 2013

Tak Perlu Fobia Barca



Barcelona seperti lolos dari lubang maut setelah mengandaskan wakil Italia AC Milan di leg kedua Liga Champions 2012-2013 di Camp Nou. Situasi ini bisa jadi membuat para seteru yang sukses lolos ke perempatfinal kurang happy.

“Tim yang tersisa di turnamen akan gelisah kalau Barca ternyata lolos malam ini. Barca tetap tim yang ditakuti semua orang,” begitu celoteh mantan pemain Timnas Inggris yang kini membela Stoke City, Michael Owen di Twitter di sela-sela pertandingan leg kedua Barca vs Milan.....


Ucapan Owen masih relevan walaupun sebenarnya kredibilitas Barca sebagai tim terbaik dunia, bisa sedikit dikoreksi. Setidaknya, dibanding saat mereka juara pada 2009 dan 2011, Barca saat ini memang masih ganas di depan, tapi kesan rapuh di belakang juga tak kalah menonjol.

Dengan karakter permainan Barca seperti itu, bertahan total dan menyerang secepat kilat dipercaya sebagai obat mujarab menghancurkan virus tiki-taka pasukan Katalan ini. Persoalannya, apakah strategi itu mau dipilih atau tidak.

Inter Milan pada 2010 silam pertama kali membuka mata dunia bahwa menghadapi Barca tidak perlu ngotot mengimbangi keluwesan Andres Iniesta cs mengendalikan permainan. Tinggal “parkir bus” di lini pertahanan dan mencuri momentum dari kelengahan Barca, gawang Blaugrana lebih mudah dibobol.

Saat menukangi Inter, Jose Mourinho tak malu-malu menerapkan strategi itu. Pelatih asal Portugal itu tidak peduli apa kata pengamat dan media. “Negative football”, taktik “parkir bus”, apa pun itu, Mourinho hanya memikirkan kemenangan. Dan Inter memang sukses membenamkan Barca, terlepas dari isu kelalahan Barca karena menempuh jalur darat ke Milan pada leg pertama lantaran Gunung Eyjafjallajokull di Islandia yang meletus mengganggu lalu lintas udara.

Mou yang kemudian menukangi Real Madrid, sempat mengkhianati fakta ini, mungkin karena terlalu yakin dengan pilar-pilar bintang yang bertebaran dalam skuadnya. Akibatnya, di awal-awal kariernya di Barnabeu, pasukan Mou kerap tersungkur saat berurusan dengan klub Katalan.

Setelah kembali memakai cara anti-Barca yang dia temukan sendiri beberapa tahun lalu, hasil yang didulang Madrid saat berhadapan dengan Blaugrana lebih meyakinkan. Bukti konkretnya adalah dua partai el clasico terakhir, di mana Real Madrid memenangkan keduanya. Strategi bertahan total juga ampuh saat diterapkan Chelsea saat menghadapi Barca di Liga Champions musim lalu.

Kesuksesan itu juga diikuti Milan di leg pertama. Mengadopsi strategi anti-Barca ala Mourinho, Lionel Messi dkk tak berkutik dan kehabisan akal di San Siro.Meski terus tampil menekan, tapi sangat jarang gawang Milan benar-benar terancam. Sampai-sampai, kiper AC Milan, Abbiati, usai pertandingan, bilang dia tidak berkeringat.

Barca memang menguasai bola tapi hanya berputar-putar di luar kotak penalti Rossoneri karena rapatnya pertahanan penghuni San Siro itu. Justru akhirnya Barca terkulai 0-2.

Anehnya, Milan tidak melakukan strategi bertahan dengan sempurna tadi malam.Massimiliano Allegri justru berusaha meladeni permainan terbuka Barca, seperti ucapan pelatih Allegri sebelum laga, bahwa dia akan menginstruksikan pemainnya untuk tampil menyerang. Hasilnya fatal. Abbiati dipaksa memungut bola dari dalam gawangnya sebanyak empat kali.

Partai itu tentu kembali memberikan pelajaran kepada klub-klub yang masih hidup di Liga Champions edisi ini untuk lebih konsisten bertahan, tidak setengah-setengah saat menghadapi Barca.

Bukan apa-apa.Sampai saat ini sulit untuk tidak mengakui strategi “parkir bus” sebagai satu-satunya strategi yang probabilitasnya kesuksesannya paling tinggi untuk mengatasi Barca.Tanpa mengecilkan Juventus, tim-tim seperti Galatasaray, Borrusia Dortmund, Real Madrid, PSG, serta Munich (jika lolos) punya modal bagus ketika harus bentrok dengan Barca di perempatfinal.

Lima tim ini memiliki sprinter-sprinter mumpuni dengan kemampuan dribbling kelas wahid untuk menyengat pertahanan Barca yang sering kendor saat dalam formasi menyerang. Pemain-pemain bertipikal pembunuh tunggal, alias penyerang berkaki kuat seperti Didier Drogba di Galatasaray, Cristiano Ronaldo dan Angel di Maria di Real Madrid, serta Thomas Muller dan Mario Gomez di Bayern Munich sangat potensial untuk menghadirkan petaka bagi Barca.

Tengok lagi. Di leg kedua versus Milan tadi malam, Rossoneri sangat sedikit memiliki peluang, namun kualitas ancamannya sangat tinggi. Serangan balik Milan, lewat Mbaye Niang di babak pertama sangat gamblang mengungkapkan tipikal pertahanan Barca yang menganga dan mudah dieksploitasi.

Kalau tim-tim lain mungkin kurang senang bila Barca yang lolos ke perempatfinal, seperti ucapan Owen, harus diingat Barca juga tidak senang dengan fakta bahwa mereka sering meninggalkan lubang besar saat menyerang.Sebab itu Blaugrana sudah aktif mencari bek tangguh untuk direkrut musim panas nanti.

So, siapa pun timnya nanti yang melawan Barca, rasanya tidak ada alasan untuk terlalu fobia Barca kalau terpaksa jumpa Messi cs.Kelemahan pertahanan Barca boleh dibilang paling empuk untuk dimangsa. Asal, takaran strateginya jitu. Dan yang penting tak ada faktor kesialan, seperti yang dialami Mbaye Niang tadi malam.

Comment