RIO DE JANEIRO – Legenda Brasil di era 70-an Rivelino menyanjung duo Barcelona Xavi Hernandez dan Andres Iniesta setinggi langit. Menurutnya, Xavi dan Iniesta bermain seperti dirinya saat masih membela Selecao dulu.
Rivelino merupakan pemain bernomor punggung 10 saat Tim Samba menjuarai Piala Dunia 1970. Saat itu, Brasil dijejali legenda-legenda seperti Pele, Jairzinho, Carlos Alberto, Tostao, Gerson, hingga Emerson Leao.
Generasi emas tim nasional Spanyol saat ini mengingatkan dirinya akan Selecao 1970. Lebih khusus lagi, pioneer gerakan flip-flap yang ditiru Ronaldinho, Zlatan Ibrahimovic, hingga Cristiano Ronaldo ini menyebut duo Xavi dan Iniesta yang berjuluk Xaviesta tersebut yang dinilainya sudah setara dengan rekan-rekannya nan legendaris itu.
“Mereka berpikir cepat seperti orang Brasil. Itu memberi tim mereka keuntungan,” kata Rivelino seperti dikutip dari Marca.
“Mereka mengumpan, mengumpan, dan mengumpan, lalu menemukan celah untuk memberi umpan terobosan kepada penyerang dengan presisi yang sempurna,” ujar Rivelino.
“Mereka selalu berpikir berbeda. Kami (tim nasional Brasil) tak mempunyai hal itu. Pemain terakhir yang punya intelejensi seperti mereka adalah Zidane,” ujar Rivelino.
“Mereka tahu apa yang akan dilakukan dengan bola, bahkan sebelum bola ada di kaki mereka. Itu setara emas dalam permainan sepak bola,” pungkas Rivelino yang kini berusia 66 tahun.
Rivelino merupakan pemain bernomor punggung 10 saat Tim Samba menjuarai Piala Dunia 1970. Saat itu, Brasil dijejali legenda-legenda seperti Pele, Jairzinho, Carlos Alberto, Tostao, Gerson, hingga Emerson Leao.
Generasi emas tim nasional Spanyol saat ini mengingatkan dirinya akan Selecao 1970. Lebih khusus lagi, pioneer gerakan flip-flap yang ditiru Ronaldinho, Zlatan Ibrahimovic, hingga Cristiano Ronaldo ini menyebut duo Xavi dan Iniesta yang berjuluk Xaviesta tersebut yang dinilainya sudah setara dengan rekan-rekannya nan legendaris itu.
“Mereka berpikir cepat seperti orang Brasil. Itu memberi tim mereka keuntungan,” kata Rivelino seperti dikutip dari Marca.
“Mereka mengumpan, mengumpan, dan mengumpan, lalu menemukan celah untuk memberi umpan terobosan kepada penyerang dengan presisi yang sempurna,” ujar Rivelino.
“Mereka selalu berpikir berbeda. Kami (tim nasional Brasil) tak mempunyai hal itu. Pemain terakhir yang punya intelejensi seperti mereka adalah Zidane,” ujar Rivelino.
“Mereka tahu apa yang akan dilakukan dengan bola, bahkan sebelum bola ada di kaki mereka. Itu setara emas dalam permainan sepak bola,” pungkas Rivelino yang kini berusia 66 tahun.